Klasifikasi Alat Ukur Proteksi Radiasi
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri
dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya.
Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam
roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau
sievert. Alat proteksi radiasi ini
dibedakan menjadi tiga yaitu:
- dosimeter personal
- surveimeter
- monitor kontaminasi
Dosimeter personal
berfungsi untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja
radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu
daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan
untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung
sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada
pekerja, alat maupun lingkungan.
1. Dosimeter Personal
Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara
akumulasi. Jadi, dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan
dengan dosis yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan
dan berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja
radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi. Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:
-
dosimeter saku (pen / pocket dosemeter)
-
film badge
-
Thermoluminisence Dosemeter (TLD).
Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip
kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan
secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan
“disimpan” seperti halnya suatu kapasitor.
Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada
Gambar di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan
negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya
bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan
menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu.
Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena
perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan
'charging' maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka
nol. Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga
mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan
perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.
Jumlah
ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi
yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas
radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut
kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak
membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini
tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang
lama (sifat akumulasi kurang baik).
Pada
saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan dengan
komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala pembacaannya
tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik) melainkan dengan
melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka hasil
pengukurannya.
Film Badge
Film
badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film
dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama
film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau
telah mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah
diproses akan semakin pekat.
Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi
sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter
pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi
radiasi yang telah mengenainya.
Di
pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan
film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang seperti
pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau kalibrasi
pembacaan yang tetap.
Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada
dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi
yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar
daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah
mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan
untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.
Dosimeter Termoluminisensi (TLD)
Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang
digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF.
Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi
adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD
adalah CaSO4.
Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru
kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya.
Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu,
kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya.
Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD
reader.
Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada
ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah
diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.
2. Surveimeter
Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi
pada suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat
memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu
lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini,
setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang
melebihi batas ambang yang diizinkan.
Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus bersifat portable
meskipun tidak perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter
terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut.
Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current mode)
sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas
radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi
skala dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam.
Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara
langsung, seperti detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat
digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis, detektor
isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi juga
banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena mempunyai
efisiensi yang tinggi.
Jenis Surveimeter
Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang
sesuai sebagai berikut.
-
Survaimeter Gamma
-
Survaimeter Beta dan Gamma
-
Survaimeter Alpha
-
Survaimeter neutron
-
Survaimeter Multi-Guna
Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering
digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor sintilasi
NaI(Tl).
Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, survaimeter beta dan gamma
mempunyai detektor yang terletak di luar
badan survaimeter dan mempunyai “jendela” yang dapat dibuka atau ditutup.
Bila digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka jendelanya
harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya ditutup.Detektor
yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau GM.
Survaimeter alpha mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan
terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat
tipis, biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau
tergores benda tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas
proporsional atau detektor sintilasi ZnS(Ag).
Survaimeter neutron biasanya menggunakan detektor proporsional yang diisi
dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur
Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka survaimeter neutron biasanya
dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen yang
berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal.
Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah
neutron cepat.
Pada
saat ini sudah mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna (multipurpose)
karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana
survaimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu
tertentu, dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan
spektrum distribusi energi radiasi seperti sistem spektroskopi.
Prosedur Pemakaian Surveimeter
Tiga
langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan survaimeteradalah:
-
memeriksa batere
-
memeriksa sertifikat kalibrasi
-
mempelajari pengoperasian dan pembacaan
Periksa batere: Hal ini dilakukan untuk menguji
kondisi catu daya tegangan tinggi detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan, maka detektor tidak peka atau tidak sensitif
terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya survaimeter akan menunjukkan nilai
yang salah.
Periksa sertifikat kalibrasi: Pemeriksaan sertifikat
kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal
validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter yang
membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya.
Dsebenarnya
= Dterukur x Faktor Kalibrasi
Bila
sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka survaimeter tersebut
harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.
Pelajari pengoperasian dan pembacaan: Langkah ini
perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan survaimeter “baru”. Setiap
survaimeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda,
biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan
sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent /
jam ; rad / jam ; Sievert /jam atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm
(counts per minutes).
3. Monitor Kontaminasi
Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya,
apalagi kalau sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi
kalau bekerja dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk,
atau gas. Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja,
lantai, tangan, sepatu.
Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah
terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi
pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi
ini harus mempunyai “jendela” (window) yang luas, karena kontaminasi tidak
selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang
luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas
radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai
ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau Becquerel,
dengan hubungan sebagai berikut.
A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah
dan
h
adalah efisiensi alat pengukur. Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu monitor kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor
kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor)
digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja
kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja.
Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat
kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang
paling sering terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor
kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination
monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya
dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor).
Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus
diperiksa terlebih dahulu dengan monitor kontaminasi.
Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat
radioaktivitas udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk
melepaskan zat radioaktif ke udara.
Sebagaimana survaimeter, detektor yang digunakan di sini dapat
berupa detektor isian gas, sintilasi ataupun semikonduktor. Detektor yang paling
banyak digunakan adalah detektor isian gas proporsional untuk mendeteksi
kontaminasi pemancar alpha atau beta dan detektor sintilasi NaI(Tl) untuk
kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk monitor kontaminasi udara biasanya
dilengkapi dengan suatu penyaring (filter) dan pompa penghisap udara untuk
“menangkap” partikulat zat radioaktif yang bercampur dengan molekul-molekul
udara.
Sumber: http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_04.htm
Sumber: http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_04.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar